Tuesday, December 19, 2017

Kisah "keluarga ADHD"


Pak Yuri belum paham benar apa itu ADHD sampai anak laki-lakinya didiagnosis saat dia masuk Taman Kanak-kanak (TK).  Zaydan si "monster kecil" terpaksa dikeluarkan dari kelasnya karena "berperilaku buruk" kata guru-guru nya. 
Perilaku hiperaktif dan out-of-control yang ditampilkan Zaydan seolah menjerit, -jerit meminta perhatian dan pertolongan.  Dengan demikian,  kedua orangtuanya segera sadar ada sesuatu yang "tidak beres",  dan mereka pun menghubungi segera profesional kesehatan yang dapat membantu. 
Secara umum,  diagnosis dapat membantu menghilangkan perasaan "bersalah"  kedua orangtua dari anak dengan ADHD.  Problem yang diidap anaknya,  bukan karena perenting yang buruk dari kedua orang tuanya,  tetapi murni karena kondisi medikal yang disebut ADHD.
Berkebalikan dengan adiknya,  zefira kakaknya Zaydan, tampak telah berbahagia sejak hari pertama dia lahir ke dunia.  Dia tidak pernah menangis berjam-jam atau menjerit-jerit tanpa alasan yang jelas seperti yang biasanya dilakukan Zaydan. 
Zefira putri kecil yang pendiam,  tidurnya nyenyak,  dan rajin belajar serta patuh pada guru saat dia duduk di prasekolah dan Taman Kanak-kanak (TK).
Tetapi,  menginjak tahun kedua di Sekolah Dasar (SD), kembali keluarga Yuli menerima "Keluhan" dari guru Zefira disekolah bahwa sang putri kecil mereka mudah pecah perhariannya saat belajar,  sulit berfokus, dan mengalami disorganisasi.
Zefira selalu berusaha keras untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas-tugasnya m.  Tetapi,  sering kali upayanya  tersebut bertemu kegagalan.  Terkadang,  PR atau tugas yang telah berhasil diselesaikan itu "menghilang" entah ke mana. 
Bila Zaydan cenderung dengan terbuka mengekspresikan emosi nya,  maka Zefira cenderung "mengubur"  semuanya dalam-dalam orang hanya sering mendengar dia mengeluh sakit perut,  sakit kepala,  dan keluhan-keluhan lainnya. 
Sehingga,  problem yang dihadapi Zefira sangat berbeda dengan Zaydan.  Simtom yang ditampilkan Zaydan memerlukan atensi dan intervensi. 
Sementara simtom Inatentif yang ditampilkan Zafira membuatnya tampak tenang di kelas tanpa seorang pun tahu apa yang sedang dia alami,  dan dia pun menderita diam-diam. 
Pada mulanya,  keluarga Yuri menutup mata lada perilaku Zafira dan menganggapnya akan normal kembali dengan sendirinya.  Tetapi,  ternyata tidak.  Sebaliknya,  Zafira malah mulai mengalami anxietas tingkat tinggi dan keluarganya segera paham bahwa mereka harus segera bertindak. 
Zafira dan zaydan,  keduanya sama-sama mengalami perasaan depresi terkait dengan ADHD.  Beban yang mereka alami akan sedikit lebih ringan,  seandainya : keluarga,  kawan,  dan guru mulai memahami dan menerima realitas dari ADHD. 


No comments:

Post a Comment