Pak Yuri belum paham benar apa itu ADHD sampai anak
laki-lakinya didiagnosis saat dia masuk Taman Kanak-kanak (TK). Zaydan si "monster kecil" terpaksa
dikeluarkan dari kelasnya karena "berperilaku buruk" kata guru-guru
nya.
Perilaku hiperaktif dan out-of-control yang
ditampilkan Zaydan seolah menjerit, -jerit meminta perhatian dan
pertolongan. Dengan demikian, kedua orangtuanya segera sadar ada sesuatu yang
"tidak beres", dan mereka pun
menghubungi segera profesional kesehatan yang dapat membantu.
Secara umum,
diagnosis dapat membantu menghilangkan perasaan
"bersalah" kedua orangtua dari
anak dengan ADHD. Problem yang diidap
anaknya, bukan karena perenting yang
buruk dari kedua orang tuanya, tetapi
murni karena kondisi medikal yang disebut ADHD.
Berkebalikan dengan adiknya, zefira kakaknya Zaydan, tampak telah
berbahagia sejak hari pertama dia lahir ke dunia. Dia tidak pernah menangis berjam-jam atau
menjerit-jerit tanpa alasan yang jelas seperti yang biasanya dilakukan Zaydan.
Zefira putri kecil yang pendiam, tidurnya nyenyak, dan rajin belajar serta patuh pada guru saat
dia duduk di prasekolah dan Taman Kanak-kanak (TK).
Tetapi,
menginjak tahun kedua di Sekolah Dasar (SD), kembali keluarga Yuli
menerima "Keluhan" dari guru Zefira disekolah bahwa sang putri kecil
mereka mudah pecah perhariannya saat belajar,
sulit berfokus, dan mengalami disorganisasi.
Zefira selalu berusaha keras untuk mengerjakan apa
yang menjadi tugas-tugasnya m.
Tetapi, sering kali upayanya tersebut bertemu kegagalan. Terkadang,
PR atau tugas yang telah berhasil diselesaikan itu
"menghilang" entah ke mana.
Bila Zaydan cenderung dengan terbuka mengekspresikan
emosi nya, maka Zefira cenderung
"mengubur" semuanya
dalam-dalam orang hanya sering mendengar dia mengeluh sakit perut, sakit kepala,
dan keluhan-keluhan lainnya.
Sehingga,
problem yang dihadapi Zefira sangat berbeda dengan Zaydan. Simtom yang ditampilkan Zaydan memerlukan
atensi dan intervensi.
Sementara simtom Inatentif yang ditampilkan Zafira
membuatnya tampak tenang di kelas tanpa seorang pun tahu apa yang sedang dia
alami, dan dia pun menderita
diam-diam.
Pada mulanya,
keluarga Yuri menutup mata lada perilaku Zafira dan menganggapnya akan
normal kembali dengan sendirinya.
Tetapi, ternyata tidak. Sebaliknya,
Zafira malah mulai mengalami anxietas tingkat tinggi dan keluarganya
segera paham bahwa mereka harus segera bertindak.
Zafira dan zaydan,
keduanya sama-sama mengalami perasaan depresi terkait dengan ADHD. Beban yang mereka alami akan sedikit lebih
ringan, seandainya : keluarga, kawan,
dan guru mulai memahami dan menerima realitas dari ADHD.
No comments:
Post a Comment