Menurut
mayoritas profesional medis, Psikiatris, asosiasi atau organisasi psikologikal
dan edukasional internasional, termasuk
pula Centers for Disease Control dan National Institutes Of Health di Amerika
Serikat semua sepakat bahwa ADHD itu memang termasuk kategori sesuatu
"kecacatan" (disorder/disability).
8 Mitos Seputar ADHD.
Berikut
ada 8 mitos seputar ADHD, antara lain :
1.
ADHD itu bukan "kelainan/cacat"
Akar dari timbulnya mitos dan miskonsepsi seperti
ini adalah fakta bahwa tidak ada tes spesifik yang dapat secara definitif
mengidentifikasi ADHD. Dokter pun tidak
dapat serta-merta memberi komfirmasi dari hasil tes laboratorium, tidak seperti penyakit medikal
misal:diabetes.
Meskipun belum ada tes medikal khusus untuk
mengdiagnosis ADHD, beberapa kriteria
spesifik dan jelas harus terpenuhi sebagai syarat dilakukannya sebuah
diagnosis.
Kemudian,
dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut digabung dengan penelaahan
riwayat (in-depth history) dan informasi
detail dari perilaku perilaku yang di tampilkan diagnosis yang benar-benar
reliabel pun dapat dibuat.
Miskonsepsi ini pun dapat timbul karena Sintom ADHD
itu mirip sekali dengan gangguan emosi biasa.
Kita pun pasti pernah mengalami problem-problem dengan atensi dan fokus
pada saat-saat tertentu.
Tetapi, untuk
individu dengan ADHD, Sintom-sintom
tersebut demikian parahnya, sehingga
mengganggu fungsi-fungsi harian mereka.
ADHD itu merepresentasikan sebuah perilaku ekstrim yang kontinuum. Bahkan ada beberapa diantara perilaku yang
ditampilkannya itu, tidak kita pahami
sama sekali.
Simtom dari ADHD dapat saja mirip dengan kondisi
gangguan kejiwaan lainnya. Itulah
sebabnya diperlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan kalau-kalau ada
pre-existing atau penyebab lainnya dari Simtom yang ditampilkan oleh individu suspect ADHD tersebut.
2. ADHD terjadi akibat perenting
yang buruk.
Gara-gara mitos ini, banyak orang tua dengan anak ADHD yang sampai
menyalah-nyalahkan diri mereka sendiri.
Padahal, mitos ini sama sekali
tidak benar. ADHD itu bukan disebabkan
oleh perenting yang buruk.
Konsepsi yang benar :
·
Parenting yang positif dengan ekspetasi
dan konsekuensi yang jelas dan konsisten,
ditambah suasana lingkungan rumah dengan rutinitas yang predictable
dapat membantu memanage simtom-simtom ADHD, dan sebaliknya.
·
Seting rumah yang penuh kekacauan
(chaotic) atau gaya parenting yang penuh dengan hukuman (punitive) dan penuh
dengan kritikan dapat memperburuk simtom-simtom ADHD.
3.
ADHD hanya dialami oleh anak-anak.
Meskipun benar simtom dari ADHD harus tampil pada
usia sekitar 7 tahun, untuk memenuhi
syarat kriteria diagnosis ADHD tetapi masih banyak individu yang tetap tidak
terdiagnosis sampai dia menginjak dewasa.
Ada beberapa orang tua dengan anak ADHD, baru ikut diagnosis setelah anaknya sendiri
didiagnosis. Akhirnya, dapat diketahui ternyata dia sendiri pun
ternyata mengidap ADHD juga sama seperti anaknya! Like Father like son.
Orang tua yang seperti ini, mungkin akan mengingat-ingat kembali
pengalaman dan kelakuannya dulu semasa kecil dan ternyata tidak jauh-jauh dari
kelakuan yang ditampilkan oleh anaknya saat ini. Hehe.
Memang,
perilaku hiperaktif yang ditampilkan
akan semakin berkurang, seiring
dengan bertambahnya usia, tetapi simtom dari sikap "tak bisa diam"
(restlessness), mudah terpecah perhatian (distractibility), dan inatensi terus menetap sampai dia sendiri
menjadi "orang tua".
Sebagian orang dewasa dengan ADHD yang tidak
tertangani dengan baik. Sering kali
mengalami kesulitan kronis saat dia bekerja dan dalam hubungan sosial mereka
sehari-hari. Dapat juga sampai timbul
isu-isu sekunder, seperti : kecemasan, depresi,
dan penyalahgunaan substansi.
4."syarat" mutlak ADHD
itu harus menampilkan perilaku hiperaktif.
Mitos ini pun banyak mengiringi
kebingungan terhadap ADHD. Memang
benar, jika dilihat dari istilahnya
attention deficit hiperactivity disorder dapat memicu kebingungan bagi orang
yang tidak paham.
ADHD terbagi kedalam tiga tipe berbeda :
- predominan
hiperaktif Impulsif
- predominan
Inatentif, dan
- kombinasi
dari keduanya.
Nah untuk tipe yang predominan
Inatentif sama sekali tidak menampilkan
simtom hiperaktivitas oleh karena itu,
lebih sering disebut dengan istilah ADD (attention deficit disorder).
Sementara perilaku umum yang sering ditampilkan oleh individu dengan ADD antara
lain : suka melamun dan mudah pecah perhatian,
disorganisasi, pelupa, dan ceroboh.
Penting pula untuk dipahami, bahwa orang dewasa dengan ADHD biasanya tidak
lagi menampilkan perilaku hiperaktif
seperti pada anak-anak atau remaja.
Tetapi, perilaku hiperaktif tersebut sudah bersalin rupa menjadi sikap
dan perilaku "Tidak bisa diam"
(restlessness) dalam kehidupannya sehari-hari.
5.
Pemberian medikasi stimulan memicu pada penyalahgunaan obat dan adiksi.
Hasil penelitian menunjukan hal yang sebaliknya,
jika dibiarkan tidak ditangani individu dengan ADHD berada pada risiko lebih
tinggi untuk penyalahgunaan substansi.
Penyalahgunaan yang terjadi sering kali dipicu
karena problem-problem sekunder yang timbul dari ADHD yang tidak ditangani
seperti anxietas atau depresi. Dengan
demikian individu tersebut pun coba menggunakan substansi secara ilegal untuk
meredakan problem-problem tersebut.
Boleh jadi dia akan mencoba beragam obat yang dapat
saja tidak ada efeknya malah merusak dirinya sendiri. Oleh karena itu, individu dengan ADHD yang mendapatkan
treatment yang seksama (termasuk pemberian obat-obat stimulan) lebih kecil resiko nya untuk terjerumus ke
dalam penyalahgunaan substansi.
6. Jika masih dapat berfokus, maka itu bukan ADHD.
Memang betul,
terkadang kita pun menjadi penasaran pada anak yang katanya ADHD, tetapi dia dapat dengan tekun berfokus pada
suatu hal. Lebih tepat bila menjelaskan
bahwa ADHD adalah kondisi dimana seseorang sulit untuk mengatur atensinya
sendiri.
Sejatinya, meskipun mereka tampak sulit sekali untuk
berfokus, mengorganisasi, dan
menyelesaikan tugas-tugas mereka masih tetap berfokus pada sesuatu yang
dianggapnya penting dan menarik. Tedensi
untuk berfokus berlama-lama pada sesuatu tugas yang dianggapnya menarik
(terkadang sampai lupa keadaan sekeliling dan lupa waktu) seperti itu biasanya disebut Hiperfokus.
7. Medikasi dapat menyembuhkan
ADHD.
Medikasi itu tidak dapat menyembuhkan ADHD, tetapi mereka hanya membantu mengontrol
simtom-simtom dari ADHD. Karena ADHD
adalah kondisi kronis yang tidak dapat "disembuhkan" meskipun simtom
nya dapat saja berubah bentuk atau semakin berkurang seiring berlalunya
waktu.
Banyak individu yang terus menerus berupaya
mengembangkan beragam koping dan strategi organisasi untuk dapat memanage dan
mengontrol simtom yang dirasakan, dalam aktivitasnya sehari-hari.
Sebagian lagi, masih terus menggunakan treatment
medikal melalui pengobatan, untuk
membantunya dapat mengontrol simtom yang dia rasakan. \
8. Semua kasus ADHD dapat
didiagnosis.
Sulit untuk menentukan apakah semua kasus ADHD itu
dapat didiagnosis atau tidak. Banyak
pihak yang percaya bahwa tipe Inatentif dari ADHD sering kali tidak
terdiagnosis karena simtom nya yang tidak terlalu "menggangu" dan
dapat dengan mudah "dijinakan".
Boleh jadi masih banyak individu dengan ADHD yang
luput dari semuanya tidak terdiagnosis sekaligus tidak ditangani dengan
baik. Dengan demikian, mereka kemudian mengembangkan problem-problem
sekunder serius yang semua terkait erat dengan ADHD.
Akibatnya,
mereka sering kali berjuang dan menderita diam-diam disepanjang
kehidupannya. Tidak mengetahui sama
sekali, bahwa fungsi-fungsi harian
mereka dapat saja ditingkatkan bila mendapatkan treatment yang seksama.
Sebagian orang tergesa-gesa untuk
"memvonis" bahwa: Setiap anak atau orang dewasa yang menampilkan
perilaku: hiperaktif, Impulsif atau
Inatentif, dan perilaku disorganisasi
lainnya, maka dia termasuk ADHD padahal kesimpulan seperti ini belum tentu
benar.
Karena banyak hal-hal lain yang dapat menjadikan
seseorang sampai menampilkan simtom-simtom seperti itu, termasuk diantaranya:
trauma, depresi, kecemasan,
gangguan belajar, problem pendengaran
atau penglihatan dan lain-lain.
Oleh karena itu,
penting sekali untuk melibatkan profesional kesehatan untuk dapat
mengevaluasi kondisi-kondisi yang menimbulkan perilaku probelematik
sehingga, hasil diagnosis yang dibuat
menjadi akurat dan dapat segera dilakukan treatment seperti apa yang
diperlukannya.
No comments:
Post a Comment