mama dan aku
Aku terlahir dari seorang wanita yang biasa ku
panggil mama, wanita hebat yang tak pernah ku lihat mengeluh, tak pernah ku
lihat menangis di depan anak dan suami nya.
Suatu ketika aku mendengar suara terisak-isak dari
balik pintu kamar, iya itu kamar mama. sampai ku beranikan diri untuk bertanya.
"Mama kenapa?"
Dan saat itu pula mama langsung menghapus air mata
dari kelopak mata yang sayu itu. Seolah
aku tak boleh tau apa yang sedang di rasakan oleh mama. Aku tau mama sedang
sedih, aku tau mama sedang menghadapi sesuatu yang berat, dan aku tau mama
berusaha menutupi itu semua dari ku.
Sejak itu aku memutuskan untuk lebih dekat dengan
mama, tujuan nya sederhana, agar mama nyaman untuk cerita dengan ku apa yang
dirasakan oleh nya
.
Walaupun kini jarak membentang antara kami, aku
selalu menyempatkan diri untuk bersua dengan mama, walau hanya melalui suara
atau sekedar video Call. Itu sudah cukup
buat ku mencoba mendekatkan mama, dan kini mama sudah mulai terbuka dengan ku.
Kini mama sering sekali menceritakan apa yang
dirasakan, mulai dari hal-hal yang sepele hingga hal serius sekali pun. Mama
percaya aku sudah mampu mencerna permasalahan yang dihadapinya.
Sampai suatu ketika,
masalah besar menimpa diriku...
Ada seseorang laki-laki yang mencoba menyakiti
hatiku, mencoba mengacak-acak hati ku yang sudah ku susun dengan rapih, merubuhkan
benteng pertahanan yang sudah ku bangun tinggi,
laki-laki itu sangat kejam, jahat bak manusia tak punya hati.
Aku sedih, rapuh
bagai wanita yang tak punya semangat hidup.
Semua abu-abu, bahkan
gelap tak berwarna.
Mama sangat
terpukul melihat putri kesayangannya yang biasa terlihat ceria kini muram.
Mama berusaha mendekatiku, berusaha membangun
kembali benteng yang sudah runtuh.
Mama kembali meyakinkan ku bahwa aku adalah wanita yang
tak pantas untuk disakiti, wanita yang tak layak untuk laki-laki yang hanya
berniat untuk menyakiti.
Mama selalu berkata "Semua manusia pasti pernah sedih, pernah rapuh, pernah
sakit, tapi tak semua manusia pandai untuk menyikapi itu
semua"
Sejak itu mama, terus menerus mengawasi ku secara
intens, bukan berarti menganggap ku seperti anak kecil tapi mama tau aku dalam
proses pendewasaan yang masih harus di pantau perkembangannya agar tidak
kehilangan arah.
Dengan begitu aku merasa
ada suatu kekuatan yang besar untuk menghadapi semua ini, ada satu kalimat yang
pernah diucapkan oleh mama, sampai saat ini masih terngiang-ngiang dalam
ingatkan ku. Begini kata-kata nya "Kamu sedih boleh, ngeluh boleh,
nangis boleh selagi itu semua bisa membuat mu lebih baik, tapi jangan pernah tunjukkan itu ke semua
orang yang ada di sekitar mu, orang-orang tak perlu tau apa yang sedang kamu
rasakan, tebarkan lah kebahagiaan dan
keceriaan, bukan kesedihan"
Ma, kini putri kecil mu sudah menjadi dewasa, menjadi
wanita yang kuat dan tangguh menghadapi dunia yang penuh dengan lika-liku.
Ma,
aku punya seuntai puisi untuk mu, ku tau puisi ini tak sebanding dengan apa
yang telah kau berikan dan kau lakukan, tapi inilah isi hati anak mu.
Dibaca
ya ma .. J
Teruntuk
Kau, Bidadari ku.
Ma, Kau Bagaikan
bidadari ku.
Bidadari tanpa
sayapku,
Tak bisa terbang
memang,
Namun, kau mampu
membuatku terbang menggapai mimpiku.
Disaat seluruh
dunia memilih menjauh dan pergi dari hidupku
Kau memilih
untuk memelukku seerat mungkin.
Disaat tak ada
lagi yang berdoa untukku.
Kau yang tak
pernah absen untuk mendo’akan ku.
Terima kasih
telah melahirkan ku ke dunia.
Terima kasih
telah sabar menghadapi sikap ku yang terkadang menjengkelkan.
Terima kasih
telah membuat benteng pertahankan tegak kembali.
Terima kasih
telah mengajarkan manis, pahit, asin nya kehidupan yang tak abadi.
Ma, Tetaplah
menjadi bidadariku,
Tetaplah setia
berada disisiku.
Tetaplah menjadi
bidadari tanpa sayapku.
Tetaplah menemani
ku menggapai mimpiku.
No comments:
Post a Comment