Wednesday, January 3, 2018

Karna Mu, Aku Menjadi Wanita Tangguh.

mama dan aku

Aku terlahir dari seorang wanita yang biasa ku panggil mama, wanita hebat yang tak pernah ku lihat mengeluh, tak pernah ku lihat menangis di depan anak dan suami nya. 

Suatu ketika aku mendengar suara terisak-isak dari balik pintu kamar, iya itu kamar mama.   sampai ku beranikan diri untuk bertanya. 
"Mama kenapa?"
Dan saat itu pula mama langsung menghapus air mata dari kelopak mata yang sayu itu.  Seolah aku tak boleh tau apa yang sedang di rasakan oleh mama. Aku tau mama sedang sedih, aku tau mama sedang menghadapi sesuatu yang berat, dan aku tau mama berusaha menutupi itu semua dari ku. 

Sejak itu aku memutuskan untuk lebih dekat dengan mama, tujuan nya sederhana, agar mama nyaman untuk cerita dengan ku apa yang dirasakan oleh nya
Walaupun kini jarak membentang antara kami, aku selalu menyempatkan diri untuk bersua dengan mama, walau hanya melalui suara atau sekedar video Call.  Itu sudah cukup buat ku mencoba mendekatkan mama, dan kini mama sudah mulai terbuka dengan ku.

Kini mama sering sekali menceritakan apa yang dirasakan, mulai dari hal-hal yang sepele hingga hal serius sekali pun. Mama percaya aku sudah mampu mencerna permasalahan yang dihadapinya.

Sampai suatu ketika,  masalah besar menimpa diriku...
Ada seseorang laki-laki yang mencoba menyakiti hatiku, mencoba mengacak-acak hati ku yang sudah ku susun dengan rapih, merubuhkan benteng pertahanan yang sudah ku bangun tinggi,  laki-laki itu sangat kejam, jahat bak manusia tak punya hati. 

Aku sedih, rapuh bagai wanita yang tak punya semangat hidup.
Semua abu-abu, bahkan gelap tak berwarna. 

Mama sangat terpukul melihat putri kesayangannya yang biasa terlihat ceria kini muram. 
Mama berusaha mendekatiku, berusaha membangun kembali benteng yang sudah runtuh.
Mama kembali meyakinkan ku bahwa aku adalah wanita yang tak pantas untuk disakiti, wanita yang tak layak untuk laki-laki yang hanya berniat untuk menyakiti.

Mama selalu berkata "Semua manusia pasti pernah sedih, pernah rapuh, pernah sakit,  tapi tak  semua manusia pandai untuk menyikapi itu semua"

Sejak itu mama, terus menerus mengawasi ku secara intens, bukan berarti menganggap ku seperti anak kecil tapi mama tau aku dalam proses pendewasaan yang masih harus di pantau perkembangannya agar tidak kehilangan arah.

Dengan begitu aku merasa ada suatu kekuatan yang besar untuk menghadapi semua ini, ada satu kalimat yang pernah diucapkan oleh mama, sampai saat ini masih terngiang-ngiang dalam ingatkan ku.  Begini kata-kata nya "Kamu sedih boleh,  ngeluh boleh,  nangis boleh selagi itu semua bisa membuat mu lebih baik,  tapi jangan pernah tunjukkan itu ke semua orang yang ada di sekitar mu, orang-orang tak perlu tau apa yang sedang kamu rasakan, tebarkan lah kebahagiaan dan keceriaan,  bukan kesedihan"

Ma, kini putri kecil mu sudah menjadi dewasa, menjadi wanita yang kuat dan tangguh menghadapi dunia yang penuh dengan lika-liku. 
Ma, aku punya seuntai puisi untuk mu, ku tau puisi ini tak sebanding dengan apa yang telah kau berikan dan kau lakukan, tapi inilah isi hati anak mu.

Dibaca ya ma .. J

Teruntuk Kau, Bidadari ku.
Ma, Kau Bagaikan bidadari ku.
Bidadari tanpa sayapku,
Tak bisa terbang memang,
Namun, kau mampu membuatku terbang menggapai mimpiku.

Disaat seluruh dunia memilih menjauh dan pergi dari hidupku
Kau memilih untuk memelukku seerat mungkin.
Disaat tak ada lagi yang berdoa untukku.
Kau yang tak pernah absen untuk mendo’akan ku.

Terima kasih telah melahirkan ku ke dunia. 
Terima kasih telah sabar menghadapi sikap ku yang terkadang menjengkelkan. 
Terima kasih telah membuat benteng pertahankan tegak kembali. 
Terima kasih telah mengajarkan manis,  pahit,  asin nya kehidupan yang tak abadi. 

Ma, Tetaplah menjadi bidadariku,
Tetaplah setia berada disisiku.
Tetaplah menjadi bidadari tanpa sayapku.
Tetaplah menemani ku menggapai mimpiku.


Tuesday, December 19, 2017

Kisah "keluarga ADHD"


Pak Yuri belum paham benar apa itu ADHD sampai anak laki-lakinya didiagnosis saat dia masuk Taman Kanak-kanak (TK).  Zaydan si "monster kecil" terpaksa dikeluarkan dari kelasnya karena "berperilaku buruk" kata guru-guru nya. 
Perilaku hiperaktif dan out-of-control yang ditampilkan Zaydan seolah menjerit, -jerit meminta perhatian dan pertolongan.  Dengan demikian,  kedua orangtuanya segera sadar ada sesuatu yang "tidak beres",  dan mereka pun menghubungi segera profesional kesehatan yang dapat membantu. 
Secara umum,  diagnosis dapat membantu menghilangkan perasaan "bersalah"  kedua orangtua dari anak dengan ADHD.  Problem yang diidap anaknya,  bukan karena perenting yang buruk dari kedua orang tuanya,  tetapi murni karena kondisi medikal yang disebut ADHD.
Berkebalikan dengan adiknya,  zefira kakaknya Zaydan, tampak telah berbahagia sejak hari pertama dia lahir ke dunia.  Dia tidak pernah menangis berjam-jam atau menjerit-jerit tanpa alasan yang jelas seperti yang biasanya dilakukan Zaydan. 
Zefira putri kecil yang pendiam,  tidurnya nyenyak,  dan rajin belajar serta patuh pada guru saat dia duduk di prasekolah dan Taman Kanak-kanak (TK).
Tetapi,  menginjak tahun kedua di Sekolah Dasar (SD), kembali keluarga Yuli menerima "Keluhan" dari guru Zefira disekolah bahwa sang putri kecil mereka mudah pecah perhariannya saat belajar,  sulit berfokus, dan mengalami disorganisasi.
Zefira selalu berusaha keras untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas-tugasnya m.  Tetapi,  sering kali upayanya  tersebut bertemu kegagalan.  Terkadang,  PR atau tugas yang telah berhasil diselesaikan itu "menghilang" entah ke mana. 
Bila Zaydan cenderung dengan terbuka mengekspresikan emosi nya,  maka Zefira cenderung "mengubur"  semuanya dalam-dalam orang hanya sering mendengar dia mengeluh sakit perut,  sakit kepala,  dan keluhan-keluhan lainnya. 
Sehingga,  problem yang dihadapi Zefira sangat berbeda dengan Zaydan.  Simtom yang ditampilkan Zaydan memerlukan atensi dan intervensi. 
Sementara simtom Inatentif yang ditampilkan Zafira membuatnya tampak tenang di kelas tanpa seorang pun tahu apa yang sedang dia alami,  dan dia pun menderita diam-diam. 
Pada mulanya,  keluarga Yuri menutup mata lada perilaku Zafira dan menganggapnya akan normal kembali dengan sendirinya.  Tetapi,  ternyata tidak.  Sebaliknya,  Zafira malah mulai mengalami anxietas tingkat tinggi dan keluarganya segera paham bahwa mereka harus segera bertindak. 
Zafira dan zaydan,  keduanya sama-sama mengalami perasaan depresi terkait dengan ADHD.  Beban yang mereka alami akan sedikit lebih ringan,  seandainya : keluarga,  kawan,  dan guru mulai memahami dan menerima realitas dari ADHD. 


Mitos dan Fakta Seputar ADHD

Menurut mayoritas profesional medis, Psikiatris, asosiasi atau organisasi psikologikal dan edukasional internasional,  termasuk pula Centers for Disease Control dan National Institutes Of Health di Amerika Serikat semua sepakat bahwa ADHD itu memang termasuk kategori sesuatu "kecacatan" (disorder/disability). 


8 Mitos Seputar ADHD. 
Berikut ada 8 mitos seputar ADHD,  antara lain :
1. ADHD itu bukan "kelainan/cacat"
Akar dari timbulnya mitos dan miskonsepsi seperti ini adalah fakta bahwa tidak ada tes spesifik yang dapat secara definitif mengidentifikasi ADHD.  Dokter pun tidak dapat serta-merta memberi komfirmasi dari hasil tes laboratorium,  tidak seperti penyakit medikal misal:diabetes. 
Meskipun belum ada tes medikal khusus untuk mengdiagnosis ADHD,  beberapa kriteria spesifik dan jelas harus terpenuhi sebagai syarat dilakukannya sebuah diagnosis. 
Kemudian,  dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut digabung dengan penelaahan riwayat (in-depth history)  dan informasi detail dari perilaku perilaku yang di tampilkan diagnosis yang benar-benar reliabel pun dapat dibuat. 
Miskonsepsi ini pun dapat timbul karena Sintom ADHD itu mirip sekali dengan gangguan emosi biasa.  Kita pun pasti pernah mengalami problem-problem dengan atensi dan fokus pada saat-saat tertentu. 
Tetapi,  untuk individu dengan ADHD,  Sintom-sintom tersebut demikian parahnya,  sehingga mengganggu fungsi-fungsi harian mereka.  ADHD itu merepresentasikan sebuah perilaku ekstrim yang kontinuum.  Bahkan ada beberapa diantara perilaku yang ditampilkannya itu,  tidak kita pahami sama sekali. 
Simtom dari ADHD dapat saja mirip dengan kondisi gangguan kejiwaan lainnya.  Itulah sebabnya diperlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan kalau-kalau ada pre-existing atau penyebab lainnya dari Simtom yang ditampilkan  oleh individu suspect ADHD tersebut. 

2. ADHD terjadi akibat perenting yang buruk. 
Gara-gara mitos ini,  banyak orang tua dengan anak ADHD yang sampai menyalah-nyalahkan diri mereka sendiri.  Padahal,  mitos ini sama sekali tidak benar.  ADHD itu bukan disebabkan oleh perenting yang buruk. 
Konsepsi yang benar :
·         Parenting yang positif dengan ekspetasi dan konsekuensi yang jelas dan konsisten,  ditambah suasana lingkungan rumah dengan rutinitas yang predictable dapat membantu memanage simtom-simtom ADHD, dan sebaliknya. 
·         Seting rumah yang penuh kekacauan (chaotic) atau gaya parenting yang penuh dengan hukuman (punitive) dan penuh dengan kritikan dapat memperburuk simtom-simtom ADHD.
3. ADHD hanya dialami oleh anak-anak. 
Meskipun benar simtom dari ADHD harus tampil pada usia sekitar 7 tahun,  untuk memenuhi syarat kriteria diagnosis ADHD tetapi masih banyak individu yang tetap tidak terdiagnosis sampai dia menginjak dewasa. 
Ada beberapa orang tua dengan anak ADHD,  baru ikut diagnosis setelah anaknya sendiri didiagnosis.  Akhirnya,  dapat diketahui ternyata dia sendiri pun ternyata mengidap ADHD juga sama seperti anaknya!  Like Father like son. 
Orang tua yang seperti ini,  mungkin akan mengingat-ingat kembali pengalaman dan kelakuannya dulu semasa kecil dan ternyata tidak jauh-jauh dari kelakuan yang ditampilkan oleh anaknya saat ini.  Hehe. 
Memang,  perilaku hiperaktif yang ditampilkan  akan semakin berkurang,  seiring dengan bertambahnya usia, tetapi simtom dari sikap "tak bisa diam" (restlessness), mudah terpecah perhatian (distractibility),  dan inatensi terus menetap sampai dia sendiri menjadi "orang tua". 
Sebagian orang dewasa dengan ADHD yang tidak tertangani dengan baik.  Sering kali mengalami kesulitan kronis saat dia bekerja dan dalam hubungan sosial mereka sehari-hari.  Dapat juga sampai timbul isu-isu sekunder,  seperti : kecemasan,  depresi,  dan penyalahgunaan substansi.

4."syarat" mutlak ADHD itu harus menampilkan perilaku hiperaktif.
Mitos ini pun banyak mengiringi kebingungan terhadap ADHD.  Memang benar,  jika dilihat dari istilahnya attention deficit hiperactivity disorder dapat memicu kebingungan bagi orang yang tidak paham. 
ADHD terbagi kedalam tiga tipe berbeda :
  • ‌predominan hiperaktif Impulsif
  • predominan Inatentif, dan
  • kombinasi dari keduanya.

Nah untuk tipe yang predominan Inatentif  sama sekali tidak menampilkan simtom hiperaktivitas oleh karena itu,  lebih sering disebut dengan istilah ADD (attention deficit disorder). Sementara perilaku umum yang sering ditampilkan oleh individu dengan ADD antara lain : suka melamun dan mudah pecah perhatian,  disorganisasi,  pelupa,  dan ceroboh.
Penting pula untuk dipahami,  bahwa orang dewasa dengan ADHD biasanya tidak lagi menampilkan perilaku hiperaktif  seperti pada anak-anak atau remaja.  Tetapi, perilaku hiperaktif tersebut sudah bersalin rupa menjadi sikap dan perilaku "Tidak bisa diam"  (restlessness) dalam kehidupannya sehari-hari. 
5. Pemberian medikasi stimulan memicu pada penyalahgunaan obat dan adiksi. 
Hasil penelitian menunjukan hal yang sebaliknya, jika dibiarkan tidak ditangani individu dengan ADHD berada pada risiko lebih tinggi untuk penyalahgunaan substansi.
Penyalahgunaan yang terjadi sering kali dipicu karena problem-problem sekunder yang timbul dari ADHD yang tidak ditangani seperti anxietas atau depresi.  Dengan demikian individu tersebut pun coba menggunakan substansi secara ilegal untuk meredakan problem-problem tersebut. 
Boleh jadi dia akan mencoba beragam obat yang dapat saja tidak ada efeknya malah merusak dirinya sendiri.  Oleh karena itu,  individu dengan ADHD yang mendapatkan treatment yang seksama (termasuk pemberian obat-obat stimulan)  lebih kecil resiko nya untuk terjerumus ke dalam penyalahgunaan substansi. 

6. Jika masih dapat berfokus,  maka itu bukan ADHD. 
Memang betul,  terkadang kita pun menjadi penasaran pada anak yang katanya ADHD,  tetapi dia dapat dengan tekun berfokus pada suatu hal.  Lebih tepat bila menjelaskan bahwa ADHD adalah kondisi dimana seseorang sulit untuk mengatur atensinya sendiri. 
Sejatinya, meskipun mereka tampak sulit sekali untuk berfokus, mengorganisasi,  dan menyelesaikan tugas-tugas mereka masih tetap berfokus pada sesuatu yang dianggapnya penting dan menarik.  Tedensi untuk berfokus berlama-lama pada sesuatu tugas yang dianggapnya menarik (terkadang sampai lupa keadaan sekeliling dan lupa waktu)  seperti itu biasanya disebut Hiperfokus.

7. Medikasi dapat menyembuhkan ADHD.
Medikasi itu tidak dapat menyembuhkan ADHD,  tetapi mereka hanya membantu mengontrol simtom-simtom dari ADHD.  Karena ADHD adalah kondisi kronis yang tidak dapat "disembuhkan" meskipun simtom nya dapat saja berubah bentuk atau semakin berkurang seiring berlalunya waktu. 
Banyak individu yang terus menerus berupaya mengembangkan beragam koping dan strategi organisasi untuk dapat memanage dan mengontrol simtom yang dirasakan, dalam aktivitasnya sehari-hari. 
Sebagian lagi, masih terus menggunakan treatment medikal melalui pengobatan,  untuk membantunya dapat mengontrol simtom yang dia rasakan. \

8. Semua kasus ADHD dapat didiagnosis.
Sulit untuk menentukan apakah semua kasus ADHD itu dapat didiagnosis atau tidak.  Banyak pihak yang percaya bahwa tipe Inatentif dari ADHD sering kali tidak terdiagnosis karena simtom nya yang tidak terlalu "menggangu" dan dapat dengan mudah "dijinakan".
Boleh jadi masih banyak individu dengan ADHD yang luput dari semuanya tidak terdiagnosis sekaligus tidak ditangani dengan baik.  Dengan demikian,  mereka kemudian mengembangkan problem-problem sekunder serius yang semua terkait erat dengan ADHD.
Akibatnya,  mereka sering kali berjuang dan menderita diam-diam disepanjang kehidupannya.  Tidak mengetahui sama sekali,  bahwa fungsi-fungsi harian mereka dapat saja ditingkatkan bila mendapatkan treatment yang seksama.
Sebagian orang tergesa-gesa untuk "memvonis" bahwa: Setiap anak atau orang dewasa yang menampilkan perilaku: hiperaktif,  Impulsif atau Inatentif,  dan perilaku disorganisasi lainnya, maka dia termasuk ADHD padahal kesimpulan seperti ini belum tentu benar. 
Karena banyak hal-hal lain yang dapat menjadikan seseorang sampai menampilkan simtom-simtom seperti itu, termasuk diantaranya: trauma,  depresi,  kecemasan,  gangguan belajar,  problem pendengaran atau penglihatan dan lain-lain. 
Oleh karena itu,  penting sekali untuk melibatkan profesional kesehatan untuk dapat mengevaluasi kondisi-kondisi yang menimbulkan perilaku probelematik sehingga,  hasil diagnosis yang dibuat menjadi akurat dan dapat segera dilakukan treatment seperti apa yang diperlukannya.


Penyebab ADHD.


ADHD bukan disebabkan oleh perenting yang buruk,  terlalu banyak asupan gula atau MSG,  ataupun gara-gara vaksin.  ADHD itu berawal dari masalah biologis yang belum 100% dapat dipahami. 
Dalam hal ini,  tidak ada penyebab tunggal untuk ADHD.  Para ahli telah meneliti beberapa kemungkinan dari faktor genetik dan lingkungan.  Hasil penelitian pun menunjukan bahwa banyak anak dengan ADHD mempunyai saudara kandung yang juga mempunyai kelainan yang sama. 
Meskipun para ahli masih belum yakin akan penyebab dari kelainan ini,  mereka telah menemukan beberapa area pada otak anak dengan ADHD,  ukurannya 5% sampai 10% lebih kecil dibandingkan dengan anak normal.  Ditemukan pula adanya perubahan-perubahan susunan kimiawi pada otak anak penderita ADHD.
Penelitian terbaru menghubungkan anak ADHD dengan kebiasaan ibu merokok pada saat hamil.  Faktor resiko lainnya termasuk: lahir prematur,  BBLR (bobot bayi lahir rendah),  dan injuri otak bayi pada saat dilahirkan. 
Ada pula penelitian yang menyebutkan  adanya hubungan anatara terlalu banyak menonton televisi dan problem atensi pada anak ditemukan hari.  Sementara panduan nonton televisi untuk anak dari American Academy Of Pediatrics adalah:
  • Anak dibawah 2 tahun belum boleh "nonton"  bentuk siaran apapun,  termasuk Tv,  DVD,  rekaman Video, komputer,  ataupun video gemes. 
  • Anak usia 2 tahun ke atas sebaiknya waktu nonton mereka dibatasi menjadi 1 sampai 2 jam saja perhari.  Yang ditonton pun sebaiknya hanya Program-program televisi yang berkualitas saja. 
Salah satu kesulitan dalam mengdiagnosis ADHD adalah seringnya ditemukan konjungsi dengan problem-problem lainnya. Problem ini bisa disebut kelainan penyerta (coesxisting conditions),  dan kira-kira dua pertiga anak ADHD mengalami hal tersebut. 

Kelainan penyerta yang paling umum,  antara lain :
·            ‌ODD (Oppositional Defiant Disorder) dan CD (conduct disorder). 
Setidaknya 35% anak dengan ADHD juga mengidap kelainan oposisi (ODD) yang ditandai dengan : emosi yang mudah meluap,  tindakan-tindakan deviansi,  dan sulit mengikuti peraturan. 
Sementara CD mempunyai karakteristik yang sama seperti ODD tetapi lebih "parah" lagi,  dan penuh dengan agresi-agresi. 
Anak dengan CD pun mudah sekali berurusan dengan figur-figur Otoritas,  dan boleh jadi nanti di masa dewasanya sering berurusan dengan hukum. 
ODD dan CD adalah penyerta yang paling sering ditemukan pada anak hiperaktif dan subtipe ADHD lainnya.

·            Kelainan mood
Kira-kira 18% dari anak dengan ADHD khususnya untuk tipe Hiperaktif,  biasanya mengalami depresi.  Mereka sering kali merasa tidak adekuat, terisolasi,  frustrasi karena kegagalan-kegagalan sekolah dan problem-problem sosial lainnya, serta sering kali mempunyai rasa percaya diri yang rendah. 
·            Kelainan kecemasan. 
Kelainan kecemasan menimpa kira-kira 25% dari anak ADHD.  Sintom yang termasuk yaitu rasa khawatir yang berlebihan,  ketakutan atau panik yang nantinya dapat memicu Sintom-sintom fisikal,  seperti jantung berdebar,  berkeringat,  sakit perut,  diare,  dan lain-lain.
Bentuk anxietas lainnya yang juga biasa menyertai ADHD adalah : OCD (obsessive-compulsive disorder),  sindrom tourette,  dan tik (tic)  motoris atau vokal (gerak atau bunyi tertentu terus-menerus ditampilkan oleh anak). 
Anak dengan Sintom-sintom dari kondisi di atas terus menerus dievaluasi oleh spesialis yang tepat. 
·            ‌Kesulitan belajar
Kira-kira setengah dari anak dengan ADHD mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran.  Problem belajar yang paling umum berhubungan dengan membaca (disleksia) dan menulis. 
Meskipun ADHD tidak dikateogrikan sebagai ketidakmampuan dalam belajar tetapi dia mengganggu konsentrasi dan atensi anak sehingga anak kunci menjadi sulit untuk membangun performansi yang baik di sekolah nya. 



Apa Itu ADHD?


ADHD adalah kelainan perilaku yang dialami kira-kira 8% sampai 10% anak dari seluruh populasi anak-anak secara global.  Dimana porsi anak laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak perempuan,  meskipun sampai sekarang masih belum diketahui mengapa bisa begitu. 
Anak dengan ADHD sering kali bertindak tanpa berpikir,  hiperaktif,  dan sulit untuk memusatkan perhatian.  Mereka mungkin saja paham apa yang diharapkan  dari dirinya,  tetapi sulit untuk  melaksanakan hal tersebut,  karena mereka tidak mau duduk diam,  menaruh perhatian,  atau menyimak detail-detail yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas. 
Semua anak (khususnya yang masih kecil-kecil) sering kali suka bertindak "aneh-aneh" sepanjang waktu,  khususnya disaat mereka cemas atau bertemu kejutan yang menyenangkan. 
Tetapi,  perbedaan  dengan anak ADHD adalah tingkah pola seperti tersebut tampil setiap saat,  disegala kondisi,  dan dengan seting-seting yang berbeda.  ADHD dapat mengganggu kemampuan anak dalam menjalankan fungsi sosial, akademis,  dan di rumah. 
Jika anak ADHD diberikan treatment yang seksama,  anak dengan ADHD dapat belajar untuk sukses dalam kehidupannya serta mampu memanage sintom-sintom yang dialaminya. 
Simtom
Dahulu ADHD dikenal dengan istilah ADD (attention deficit disorder).  Pada tahun 1994,  istilah tersebut disempurnakan menjadi ADHD (attention deficit hiperactivity disorder) dimana di Indonesia orang lebih simpel menyebutnya dengan istilah "hiperaktif"  saja. 
ADHD sendiri berbagi kedalam 3 (tiga)  tipe pola perilaku,  yaitu :
1. Tipe Inatentif. 
Tipe Inatentif,  berikut ciri-ciri nya :
·         Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada detail-detail atau adanya kecenderungan untuk selalu berbuat "salah" saat melaksanakan tugas-tugas atau aktivitas lainnya. 
·         Kesulitan memusatkan perhatian dalam melaksanakan tugas atau aktivitas lainnya. 
·         Sulit untuk menyimak apa yang sedang disampaikan kepadanya. 
·         Sulit untuk mengikuti instruksi-intruksi. 
·         Kesulitan dalam beroraganisasi. 
·         Perilaku menghindar atau cenderung tidak suka pada tugas-tugas yang mensyaratkan "kesabaran" mental. 
·         Cenderung gampang sekali kehilangan benda-benda milik pribadinya,  seperti: mainan,  buku,  atau hasil pekerjaan rumah yang telah diselesaikannya.
·         Mudah terpecah perhatian. 
·         Sering lupa pada aktivitas-aktivitas rutin hariannya.

2. Tipe Hiperaktif Impulsif. 
Tipe hiperaktif Impulsif ini mempunyai ciri-ciri :
·         Gemar "mengoceh" dan cenderung "ramai"
·         Tidak suka duduk diam. 
·         Senang berlarian dan memanjat-manjat. 
·         Sulit bermain dengan tenang. 
·         Tingkah pola nya selalu disetel dalam sikap "On the go".
·         Banyak bicara. 
·          Suka menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai. 
·          Tidak suka bila harus menunggu atau "antre"
·         Bermasalah dengan instrupsi atau menyela. 

3. Tipe gabungan
Tipe ini merupakan kombinasi dari dua tipe sebelumnya dan meruapakan tipe yang paling sering ditemukan. 
Meskipun berat dan penuh tantangannya bila harus mengasuh dan mendidik anak dengan ADHD,  penting sekali untuk diingat bahwa mereka bukanlah "anak jahat"  atau "nyusahin" atau bahkan "monster kecil"  karena sejatinya, mereka juga anak yang harus kita sayangi apa adanya.  :)

 Apa Itu ADHD? 

ADHD adalah kelainan perilaku yang dialami kira-kira 8% sampai 10% anak dari seluruh populasi anak-anak secara global.  Dimana porsi anak laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak perempuan,  meskipun sampai sekarang masih belum diketahui mengapa bisa begitu. 
Anak dengan ADHD sering kali bertindak tanpa berpikir,  hiperaktif,  dan sulit untuk memusatkan perhatian.  Mereka mungkin saja paham apa yang diharapkan  dari dirinya,  tetapi sulit untuk  melaksanakan hal tersebut,  karena mereka tidak mau duduk diam,  menaruh perhatian,  atau menyimak detail-detail yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas. 
Semua anak (khususnya yang masih kecil-kecil) sering kali suka bertindak "aneh-aneh" sepanjang waktu,  khususnya disaat mereka cemas atau bertemu kejutan yang menyenangkan. 
Tetapi,  perbedaan  dengan anak ADHD adalah tingkah pola seperti tersebut tampil setiap saat,  disegala kondisi,  dan dengan seting-seting yang berbeda.  ADHD dapat mengganggu kemampuan anak dalam menjalankan fungsi sosial, akademis,  dan di rumah. 
Jika anak ADHD diberikan treatment yang seksama,  anak dengan ADHD dapat belajar untuk sukses dalam kehidupannya serta mampu memanage sintom-sintom yang dialaminya. 
Simtom
Dahulu ADHD dikenal dengan istilah ADD (attention deficit disorder).  Pada tahun 1994,  istilah tersebut disempurnakan menjadi ADHD (attention deficit hiperactivity disorder) dimana di Indonesia orang lebih simpel menyebutnya dengan istilah "hiperaktif"  saja. 
ADHD sendiri berbagi kedalam 3 (tiga)  tipe pola perilaku,  yaitu :
1. Tipe Inatentif. 
Tipe Inatentif,  berikut ciri-ciri nya :
·         Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada detail-detail atau adanya kecenderungan untuk selalu berbuat "salah" saat melaksanakan tugas-tugas atau aktivitas lainnya. 
·         Kesulitan memusatkan perhatian dalam melaksanakan tugas atau aktivitas lainnya. 
·         Sulit untuk menyimak apa yang sedang disampaikan kepadanya. 
·         Sulit untuk mengikuti instruksi-intruksi. 
·         Kesulitan dalam beroraganisasi. 
·         Perilaku menghindar atau cenderung tidak suka pada tugas-tugas yang mensyaratkan "kesabaran" mental. 
·         Cenderung gampang sekali kehilangan benda-benda milik pribadinya,  seperti: mainan,  buku,  atau hasil pekerjaan rumah yang telah diselesaikannya.
·         Mudah terpecah perhatian. 
·         Sering lupa pada aktivitas-aktivitas rutin hariannya.

2. Tipe Hiperaktif Impulsif. 
Tipe hiperaktif Impulsif ini mempunyai ciri-ciri :
·         Gemar "mengoceh" dan cenderung "ramai"
·         Tidak suka duduk diam. 
·         Senang berlarian dan memanjat-manjat. 
·         Sulit bermain dengan tenang. 
·         Tingkah pola nya selalu disetel dalam sikap "On the go".
·         Banyak bicara. 
·          Suka menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai. 
·          Tidak suka bila harus menunggu atau "antre"
·         Bermasalah dengan instrupsi atau menyela. 

3. Tipe gabungan
Tipe ini merupakan kombinasi dari dua tipe sebelumnya dan meruapakan tipe yang paling sering ditemukan. 
Meskipun berat dan penuh tantangannya bila harus mengasuh dan mendidik anak dengan ADHD,  penting sekali untuk diingat bahwa mereka bukanlah "anak jahat"  atau "nyusahin" atau bahkan "monster kecil"  karena sejatinya, mereka juga anak yang harus kita sayangi apa adanya.  :)