TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
CARL ROGERS
Carl
Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya
dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip
dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud
karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan
kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup
alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain
dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Perkembangan
Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah konsep
menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku
dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan
konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan
dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep
pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl
Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai
sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya
sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
1.
Real Self adalah keadaan diri
individu saat ini.
2.
Ideal Self adalah keadaan diri
individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai
oleh individu tersebut.
Perhatian
Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih
kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan
inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan
mental, self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara
interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan realitas
dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin
lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin
besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi
ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal
self sebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi
yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real self anda
adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda
adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real
self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila
seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami
keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya
maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami
sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta
picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis
(kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
- Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
- Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
- Mampu menggunakan semua pengalaman
- Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).
Bagian
dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola
pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri.
1.
Berkembang dari interaksi dengan
lingkungan
2.
Individu berperilaku dengan cara
yang selaras/ konsisten dengan self
3.
Pengalaman yang tidak selaras dengan
self dianggap sebagai ancaman
4.
Self mungkin berubah sebagai hasil
dari maturation dan proses belajar
Peranan
Positive Regard Dalam Pembentukan Kepribadian
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy
& acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need
for positive regard. Positive regard terbagi menjadi 2
yaitu:
1.
Conditional
positive regard (bersyarat) Conditional
positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan
orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh
anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
2.
Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional
positive regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima
sepenuhnya.
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Setelah self dan organism bisa menjadi suatu
kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang
beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan
sebagaimana mestinya.
Untuk
mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk
mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka
pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang
mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah
dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan
pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan
distorsi perseptual.
Pengingkaran
adalah individu memblokir situasi yang mengancam melaluimenyingkirkan kenangan
buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak
untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah
situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika
pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping
disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten,
kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata,
tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang
tidak punya arah dan pasif.
Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap
defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar
disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang
kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel,
tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan,
tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan
persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang
beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di
belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih
“emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat
positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami
emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
2.
Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam
setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada semua
pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau
disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah
suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu
struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan
eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang
sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu
dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah
dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang
Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk
kepada pengalaman Rogers sendiri.
Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu
dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah
belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat
dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa
benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses
membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka,
seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang
defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing
tingkah lakunya.
4.
Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau
rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau
peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang
yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu
melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang
ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak
dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5.
Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang
yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu
memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka
sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup
terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah
dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi
sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka
memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan
traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
ABRAHAM MASLOW
Hirarki
Kebutuhan Manusia
Maslow
telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar
kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk
kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni.
Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga
tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan
sebagainya. Hierarkinya adalah sebagai berikut:
Teori
Kebutuhan Maslow
1.
Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan
oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan
kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan
datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2.
Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak
mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi
aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan
kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial
(seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak
aman dan perlu aman.
3.
Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan
fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan
dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang
dan memberikan rasa memiliki.
4.
Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan
untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan
untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan
untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari
orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya
maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan
aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang
itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus
melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa
dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang
sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai
atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang
itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika
ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Kepribadian
Sehat Menurut Maslow
Abraham
Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu yang dapat
mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang dapat
mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya mengaktualisasikan
diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang
mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk
dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan yang
diatas.
Meta
Needs
Meta
needs (meta kebutuhan) merupakan
keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri
bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah
tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain,
keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya
khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk
memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama
seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Deficiency
Needs
Sedangkan Deficiency
needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan
ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini
meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga
diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan
penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan
penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas
memilih, orang yang kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan
kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak
aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Ciri-ciri
Actualized People
- Mempunyai persepsi akan kenyataan yang lebih efisien
- Menerima dirinya sendiri, orang lain dan alam.
- Memiliki spontanitas, kesederhanaan dan kealamian
- Dalam kehidupannya mereka melakukan pendekatan yang berfokus pada masalah.
- Mempunyai kebutuhan akan privasi.
- Memiliki kemandirian.
- Melakukan penghargaan dengan cara yang selalu baru.
- Mengalami pengalaman-pegalaman puncak.
- Memiliki keterikatan sosial.
- Memiliki hubungan interpersonal yang kuat.
- Memiliki sikap yang demokratis
- Mempunyai kemampuan untuk membedakan antara cara dan tujuan.
- Memiliki rasa humor yang filosofis.
- Mempunyai kreativitas
- Tidak memilik enkulturasi yang diharuskan oleh kultur.
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
ERICH FROMM
Pengertian
Dasar Teori Fromm
Dasar
teori Fromm hampir sama dengan Freud, Ia setuju dengan Freud yang menekankan
pentingnya motivasi, tetapi ia tidak sependapat bahwa motivasi itu pertama-tama
bersifat instingtif. Fromm berpendapat bahwa selain manusia terdorong untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan organic, manusia juga terdorong menjadi masyhur
dan berkuasa, untuk cinta dan untuk merealisasikan cita-cita religius dan
humanistik.
Secara
singkat, teori kepribadian yang digagas Fromm sebagai berikut:
Kebebasan
manusia yang semakin luas, menempatkan manusia merasa semakin kesepian, dengan
kata lain kebebasan menjadikan keadaan yang negatif di mana manusia-manusia
melarikan diri.
Manusia
selalu berusaha memecahkan kontradiksi-kontradiksi yang ada padanya. Maksudnya
bahwa seorang pribadi merupakan bagian sekaligus terpisah dari alam; merupakan
binatang, dan sekaligus manusia.
Aspek
individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia merupakan kondisi-kondisi
dasar eksistensi manusia, yang berasumsi bahwa, “pemahaman tentang psikhe manusia
harus berdasarkan manusia tentang kebutuhan manusa yang berasal dari
kondisi-kondisi eksistensinya.
Kepribadian
orang akan berkembang menurut kesempatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat
tertentu.
Sebagai
manusia tidak lepas dari pasangan tipe karakter nekrofilus danbiofilus.
Nekrofilus adalah orang yang tertarik pada kematian, sedangkanbiofilus adalah
orang yang mencintai kehidupan.
Sekarang
ini lima tipe masyarakat sudah sedemikian menggenjala, berbeda dengan masa-masa
sebelumnya, seperti reseptif, eksploitatif, penimbunan, pemasaran, dan
produktif.
Kepribadian
yang Sehat Menurut Fromm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang
demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran
yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki
suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia,
subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif ,
yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan
orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan
yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
Empat
segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah
cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati.
·
Cinta yang
produktif adalah suatu hubungan manusia
yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas
mereka. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam
prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta;
kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat
sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan.
·
Pikiran
yang produktif meliputi kecerdasan,
pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian
yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya
dan memperhatikannya.
· Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang
berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan
produktif. Fromm menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti
bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan
prestasi kehidupan yang paling luhur.
·
Suara
hati memiliki dua tipe, yakni suara hati
otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati otoriter adalah penguasa yang
berasal dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang
itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga
dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah
laku bersifat internak dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa
yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian,
tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian
dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat,
karena kodrat struktur sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis.
Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai
orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan
sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
Ciri-ciri
Kepribadian Sehat
Menurut
Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat.
- Mampu mencintai dan dicintai.
- Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat.
- Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya.
- Memiliki watak sosial yang produktif.
Teori Kepribadian Sehat Humanistik
& Pendapat Allport
Aliran Humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik
terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian
yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1.
Menjalani hidup seperti seorang
anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2.
Mencoba hal-hal baru ketimbang
bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3.
Lebih memperhatikan perasaan diri
dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau
mayoritas.
4.
Jujur; menghindari kepura-puraan
dalam “bersandiwara”.
5.
Siap menjadi orang yang tidak
popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6.
Memikul tanggung jawab.
7.
Bekerja keras untuk apa saja yang
ingin dilakukan.
Pendapat Allport tentang Kesehatan Mental
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan
menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tentang
“diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan
dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata
“appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau
unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self)
terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi
seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi
melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul
sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium.
Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini.
Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu
kepribadian yang sehat.
“Diri”
jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu
perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan
dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama
perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya
jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang
dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas
diri. Pada tingkat kedua perkembangan,
muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan
identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak
mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang
sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya”
atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang
berubah-ubah.
Harga
diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan
proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan
bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas
usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat
perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak
untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan.
Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan
diri (self extension). Tingkat perkembangan diri
berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai
menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa
beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang
“kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas
dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran
diri. Gambaran diri berkembang
pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan
pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi
antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa
orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu
dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan
orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral
serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri
sebagai pelaku rasional. Setelah
anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan
proprium (propriate striving).
Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat
terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul.
Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat
menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang
sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup.
Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa
depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan
dari daya dorong kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan
harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran
yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian
sehat.
Tujuh
tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa
adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat
melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi
harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan
kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh
kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang
sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.
Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau
banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian
diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang
harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini
“pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting
bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu
pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan,
membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam
pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh
dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai
aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri
menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi
perluasan perasaan diri.
2.
Hubungan Diri yang Hangat dengan
Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan
dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang
dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan
diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang
neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat.
Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada
kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal
balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau
mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua
bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,
penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang
merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan
imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian
yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili
atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan
mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang
yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari
pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3.
Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima
emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi
mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas
antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih
konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja
yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut
Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran
cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4.
Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan dan
Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan.
Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias,
melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang
memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin
menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan
mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey
Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan
kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan
kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan
psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya
dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6.
Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri
yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka
pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang
objektif.
Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self
objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan
kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga
mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah
lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
7.
Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian
yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan
bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag
sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai
atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara
sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup
yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti
suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan
pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak
ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan
kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
Sumber :
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Schultz,
D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Lindsay,Gardner.
Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan
Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Samsyu
Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Hall
S, C & Lindzey G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius:
Yogyakarta.